Senin, 28 Desember 2015

MERETAS JALUR GEDE-PANGRANGO VIA CIANJUR

Posted by travelling on Senin, 28 Desember 2015

 Mungkin ini salah satu kebiasaan jelek saya, jika sudah berniat mendaki gunung jalanin aja tanpa persiapan yang penting bawa logistik.  Seperti saat ini tiba-tiba ada niatan ke gunung Gede tapi bukan lewat jalur yang biasa seperti Cibodas atau gunung Putri.  Ada jalur baru via Cianjur yang menurut info dari temen jalur itu cuma untuk peziarah yang kebanyakan warga sekitar Cianjur sedangkan pendaki-pendaki banyak sekali yang belum tahu keberadaan jalur tersebut. Penasaran coba googling ternyata memang belum nemu tulisan mengenai Gunung Gede lewat Cianjur. Sebenarnya info ini sudah lama dapat dari bang Acepudin atau yang biasa disebut Bang Keling sekitar sebulan yang lalu, kebetulan rumah istri bang keling ini berada di kaki jalur pendakian.
Hari jumat 25 Desember 2015 keinginan mendaki itu muncul, jumat malam telpon-telpon anggota Kopalgas pada gak bisa kalau mendadak, akhirnya dengan peserta seadanya Saya, anak saya dan pak Iwan Fedli tetangga yang kebetulan juga anggota Kopalgas.  Dengan persiapan seadanya kami berangkat hari Sabtu 26 Desember 2015 jam 06.30 dan mampir dulu ke Jakarta untuk berpamitan dengan ayah pak Iwan yang sedang dirawat di rumah sakit.  Setelah selesai langsung meluncur ke arah puncak Bogor dan terjebak macet deh.
Pokoknya setelah macet-macet terus sampai kota Cianjur telpon bang Keling disuruh ambil jalan yang arah Sukabumi dan kalau sudah ketemu kantor Polisi Warung Kondang tunggu aja disitu nanti dijemput, sampai dilokasi penjemputan jam 3 an siang kemudian di bawa bang Keling ke rumahnya di kampung Buni Sari desa Buni Kasih.


Setelah ngobrol beramah-tamah dan makan siang dengan keluarga bang Keling untuk mempersingkat waktu kita segera diantar oleh kakak iparnya ke rumah Juru Kunci jalur pendakian gunung Gede via Cianjur.  Dari rumah sampai Juru Kunci yang kami jadikan sebagai BaseCamp perjalanan ditempuh sekitar 30 menit dengan menggunakan mobil.  Dari BC sudah tampak gunung Gede-Pangrango menjulang gagah diselimuti awan dan disampingnya tampak puncak satu lagi yang tingginya hampir sama dengan puncak gunung Gede, puncak itulah tujuan dari pendakian kita kali ini.  Seperti bernostalgia dengan pendakian-pendakian jaman dulu cukup dengan ijin juru kunci atau kuncen tanpa harus mengurus Simaksi.  Sejenak mendengarkan petuah-petuah dari kuncen yang pakai bahasa sunda, saya sebenarnya gak ngerti cuma saya yakin petuahnya pasti bagus jadi saya manggut-manggut saja.  Jam sudah menunjuk pukul 16.30 berarti bakal pendakian malam dijalur yang belum kami kenal, akhirnya kami menyetujui ketika diajukan untuk membawa pemandu dari pemuda lokal.
Setelah tawar menawar akhirnya ketemu harga RP.150.000,- untuk 2 pemandu.

Base Camp Menuju Pos 1
Jam 17.00 kita mulai melakukan pendakian dengan jumlah peserta kami bertiga ditambah dua orang pemandu.  Sambil jalan-jalan kita ngobrol-ngobrol dengan pemandunya untuk memperoleh informasi mengenai jalur ini.  Menurut infonya jalur ini biasa dipakai untuk ziarah warga di sekitar Cianjur, dan biasanya hanya dibuka pada bulan-bulan dimana banyak orang berziarah, dan ketika bulan ziarah sudah usai jalur tersebut akan tertutup kembali oleh tumbuh-tumbuhan sehingga tidak nampak kalau ada jalur.  Tidak terasa kita sudah satu jam melintasi perkebunan teh, dan kita harus menerobos pohon-pohon teh untuk bisa menemukan pintu jalur pendakian, sepintas memang tidak terlihat jalurnya apalagi kalau kita baru pertama lewat jalur ini.

Kita menembus jalur yang sepertinya baru dibuka beberapa hari yang lalu, bekas ranting-ranting yang dipotong masih jelas, infonya hari jumat kemarin ada 100 orang peziarah. Terus menembus ilalang yang ditembus jadi menyerupai gua, kita harus merunduk agar kepala tidak terkena ilalang yang berduri.  Perjalanan dilanjut dengan meniti jalan setapak dengan sebelah kanan jurang yang tertutup tumbuhan.  Sebelum mencapai pos 1 terdapat sumber air, isi persediaan air sebanyak-banyaknya karena setelah ini tidak ada sumber air lagi sampai puncak.  Jam 19.30 kali sampai di lokasi yang agak lapang bisa untuk 1 tenda, pemandu bilang ini pos 1 tapi dia bilang gak tahu namanya.
Pos 1 Menuju Pos 2, Pos 3 dan Pos 4
Jalur dari Pos 1 sampai Pos 4 banyak tertutup daun-daun  jadi jejak sepatu tidak membekas, disinilah dibutuhkan pemandu apalagi untuk perjalanan malam hari, harus hati-hati menentukan arah karena banyak jalur pemburu burung yang mirip dengan jalur pendakian, tingkat kesulitan medan standart dan tidak bisa disebut ekstrim tetapi memang kita perlu tenaga ekstra karena jalurnya nanjak terus tanpa bonus kemiringan antara 45sampai 60 derajat.  Kita menunggalkan Pos 1 jam 20.30 dari Pos 1 sampai Pos 2 (Rumah gareng) dapat kita tempuh dalam waktu 30 menit, dari Pos 2 ke Pos 3 (Rumah Semar) kita tempuh dalam 45 menit.  Sebelum mencapai Pos 4 kita akan menemukan tanah lapang yang bisa untuk mendirikan 2-3 tenda, area ini disebut Pertigaan Jagak.  Di area ini pendaki harus berhati-hati ketika turun karena terdapat percabanagan yg lurus mengarah ke daerah lain dan yang kiri mengarah ke desa Buni Asih.  Sampai Pos 4 waktu sudah menunjukan 23.00, cuma ambil nafas sejenak langsung digeber lagi untuk mengejar waktu.

Pos 4 Menuju Pos 5 Puncak Gunung Gede
Ini jalur terpanjang dengan kondisi fisik yang mulai lemah serta rasa mengantuk dan dingin kami mencoba untuk menggapai Pos 5.  Pemandu selalu bilang sudah dekat, tapi saya yakin itu cuma sebagai penyemangat.  Dari pos 4 jam 23.10 sampai hari minggu jam 02.30 belum juga sampai pos 5.  Melihat kondisi yang semakin melemah saya putuskan untuk berhenti dan dilanjut besuk pagi.  Tempat kami berhenti cuma tanah datar sempit tidak muat untuk mendirikan tenda, akhirnya kami cuma menggelar matras dan memakai tenda sebagai selimut.  Semua terlelap pulas malah ada yang ngorok.

Pagi di Pos 5 Puncak Gunung Gede
Suara burung hutan membangunkan kami, di sebelah timur samar-samar dari celah pepohonan sudah tampak langit kemerahan, segera bangun untuk bersiap-siap berangkat lagi, bikin kopi ala kadarnya dan makan roti, gak ada acara bikin mie karena persediaan air cuma cukup untuk turun.  Jam 06.40 kami meningglkan tempat dan sampai Pos 5 jam 07.00 , ketika saya tanya ini puncak apa namanya? pemandu bilang ini juga disebut puncak gunung Gede kalau yang dari Cibodas mereka menyebutnya puncak kawah.




Jadi posisi kami saat ini berada di salah satu puncak gunung Gede, di bawah kami terhampar alun-alun Surya Kencana dan disebrang kami tampak puncak gunung Pangrango, sedangkan puncak gunung Gede yang biasa kami mendaki dari Cibodas atau lewat gunung Putri terletak disebaliknya.  Ingin turun ke alun-alun Surya Kencana dan melanjutkan ke puncak kawah tapi waktu sudah tidak memungkinkan, jam 15.00 harus sudah sampai base camp agar sampai Bekasi tidak terlalu malam.
Misi pendakian kali ini memang cuma menemukan jalur baru yang terpendam, untuk selanjutnya kami akan menyebrang dari Puncak Pos 5 menuju puncak gunung Gede di sebrang alun-alun Surya Kencana.
Jam 08.00 kami turun bareng para peziarah yang berangkat hari jumat dan bermalam di alun-alun Surya Kencana.  Mencoba ngebut tapi namanya tulang tua akhirnya terseok-seok juga.  Tidak sempet ambil foto banyak cuma beberapa foto yang sempet di ambil.





Setelah sempat muter-muter di kebun teh karena ketinggalan pemandu akhirnya jam 14.30 kami sampai di base camp desa Bumi Asih dengan selamat.  Ipar bang Keling sudah menunggu di mobil untuk membawa kami ke bawah.  Setelah sampai dan berpamitan kami bertiga segera meluncur menuju Bekasi.
Sekedar pesan, mungkin ini salah satu jalur yang perlu untuk dicoba bagi para pendaki, akan tetapi perlu diingat tetaplah selalu menjaga kelestarian alam, biarkanlah alam seperti apa adanya tanpa perlu dirubah-rubah.

SALAM ALAM LESTARI

Previous
« Prev Post

2 komentar: